manajemen pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepala sekolah merupakan pemimpin yang bertanggung jawab dalam
tingkat satuan pendidikan, serta maju mundurnya sekolah yang dipimpin. Sehingga
keberadaannya dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan, baik berkaitan dengan
masalah manajemen maupun kepemimpinan. Hal ini bertujuan agar seorang kepala
sekolah dapat mengembangkan dan memajukan sekolahnya secara efektif, efisien,
mandiri, produktif dan akuntabel. Kondisi tersebut menuntut civitas akademika
untuk menjalankan berbagai tugas sesuai peran dan fungsinya masing – masing.
Untuk menjalankan tugas manajerial tersebut, serta merespons tuntutan
yang terus berubah saat ini, kepala sekolah harus memiliki kepemimpinan yang
kuat agar mampu melaksanakan berbagai program yang telah disepakati sebagaimana
visi dan misi mereka. Hal ini mengingat bahwa kepala sekolah tidak hanya
bertanggungjawab mengelola guru, staf dan peserta didik, tetapi juga harus
menjalin hubungan dengan masyarakat secara luas. Pelaksanaan tanggung jawab tersebut,
menuntut kepala sekolah untuk memiliki kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan
yang harus disiapkan sejak pencalonan kepala sekolah.
Mempersiapkan kepala sekolah ini bertujuan agar nantinya kepala
sekolah memiliki ketrampilan pemimpin pendidikan yang cakap dalam mengembangkan
lembaga secara baik. Oleh karena itu kepala sekolah perlu dibekali dengan
wawasan tentang kepemimpinan efektif, sebagaimana yang akan dijelaskan dalam
makalah ini yaitu, mengenai pentingnya kepemimpinan kepala sekolah, indikator
kepemimpinan kepala sekolah efektif, tipe - tipe kepemimpinan kepala sekolah
serta etika kepemimpinan kepala sekolah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu kepemimpinan dan kepala sekolah ?
2.
Mengapa
kepemimpinan kepala sekolah penting ?
3.
Apa
saja indikator kepemimpinan kepala sekolah efektif ?
4.
Apa
saja tipe – tipe kepimpinan kepala sekolah ?
5.
Bagaimana
etika kepemimpinan kepala sekolah ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi kepemimpinan kepala sekolah.
2. Mengetahui pentingnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
pelaksanaan pendidikan.
3. Mengetahui dan memahami indikator kepala sekolah efektif.
4. Mengetahui dan memahami tipe – tipe kepemimpinan kepala sekolah.
5. Mengetahui dan memahami etika kepemimpinan kepala sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Kepemimpinan dan Kepala Sekolah
A.1
Definisi Kepemimpinan
Secara sederhana kepemimpinan memiliki definisi yaitu kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna
bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain tunduk atau mengikuti semua keinginan pemimpin[1].
Setiap manusia merupakan pemimpin, baik pemimpin bagi dirinya
sendiri maupun pemimpin bagi masyarakat atau organisasi. Sikap kepemimpinan
sudah ada di dalam diri manusia, namun banyak yang tidak dapat menggunakan
sikap kepemimpinan tersebut dengan baik ataupun manusia tersebut tidak
menyadari akan kemampuan kepemimpinan yang dimilikinya.
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang memuat dua hal pokok
yaitu : pemimpin sebagai subyek dan yang dipimpin sebagai obyek. Definisi
pemimpin menurut Stogdill (1974) adalah (1) fokus dari proses kelompok,
(2) penerimaan kepribadian seseorang, (3) seni mempengaruhi perilaku, (4) alat
untuk mempengaruhi perilaku, (5) suatu tindakan perilaku, (6) bentuk dari
ajakan, (7) bentuk dari relasi yang kuat, (8) alat untuk mencapai tujuan, (9)
akibat dari interaksi, (10) peranan yang diferensial dan (11) pembuat struktur[2].
Kepemimpinan menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian
Negara No. 27/KEP/1972 ialah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga
dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Surat Edaran
Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 02/SE/1980, kepemimpinan
adalah kemampuan seorang pegawai negeri sipil untuk meyakinkan orang lain
sehingga dapat dikerahkan secara optimal.
Kepemimpinan juga memiliki pandangan berbeda-beda oleh para ahli,
yaitu :
1.
Overton
(2002)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperoleh tindakan dengan
melalui orang lain dengan kepercayaan dan kerjasama.
2.
George
R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam
hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin.
3.
Shelton
(1997)
Ada beberapa prinsip kepemimpinan yang perlu dipahami yaitu :
a.
Kepemimpinan
adalah tindak eksklusif bagi kedudukan eksekutif
b.
Organisasi
akan hancur tanpa kepemimpinan
c.
Hal
yang benar untuk memimpin harus dimunculkan
d.
Fokus
kepemimpinan terhadap hubungan timbal balik
e.
Kepemimpinan
bersifat kontekstual
f.
Pemimpin
memberikan inspirasi kepada orang lain untuk memimpin
g.
Keterampilan
manajemen adalh suatu komponen penting dalam kepemimpinan
h.
Kepemimpinan
dapat dipelajari.[3]
Berdasarkan uraian-urain di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang baik secara alamiah
atau melalui suatu pendidikan untuk mempengaruhi orang lain baik secara
individu maupun kelompok dalam suatu organisasi dalam situasi tertentu sehingga
sukarela anggota organisasi melakukan tujuan yang akan dicapai.
A.2 Definisi
Kepala Sekolah
Dalam sebuah lembaga atau organisasi formal, baik kecil maupun
besar dapat dijumpai adanya seorang pemimpin tanpa terkecuali, termasuk pada
lembaga pendidikan. Dalam lembaga pendidikan khususnya sekolah di tingkat dasar
dan menengah, orang yang memimpin atau menjadi pemimpin dikenal dengan sebutan
kapala sekolah.
Kepala sekolah adalah seorang fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar,
atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan
murid yang menerima pelajaran[4].
Kepala sekolah merupakan seorang manager. Dialah yang mengatur
segala sesuatu yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan sekolah. Dengan posisi
sebagai manager, kepala sekolah mempunyai kewenangan penuh terhadap arah
kebijakan yang ditempuh menuju visi dan misi sekolah.
Kepala sekolah juga merupakan pencerminan dari kepemimpinan kepala
sekolah. Artinya, kepala sekolah mengatur personil yang ada sedemikian rupa
sehingga memegang tanggung jawab sesuai dengan kompetensi atau pembagian
tugasnya[5].
Menurut Mulyono, bahwa kemajuan sekolah akan lebih penting bila
orang memberikan atensinya pada kiprah kepala sekolah. Karena kita ketahui
bahwa kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan. Hali ini dikarenakan
bahwa kepala sekolah sebagai fasilitator pengembangan pendidikan, sebagai
pelaksana suatu tugas yang sarat dengan harapan dan pembaharuan. Kemasan
cita-cita mulia pendidikan secara tidak langsung juga diserahkan kepada kepala
sekolah. Begitu pula optimisme para orang tua yang terkondisikan pada
kepercayaan menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah tertentu, tidak lain karena
menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah.
B. PENTINGNYA
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Kepala sekolah merupakan salah satu struktur terpenting dalam
organisasi kependidikan formal. Profesionalisme kepala sekolah akan memberikan
dampak positif dan perubahan yang baik dalam sistem pendidikan di sekolah (lembaga
pendidikan), antara lain dari dampak positif itu yakni efektifitas
kependidikan, kemepimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga kependidikan
yang efektif, budaya mutu, teamwork
yang kompak, cerdas, dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan
masyarakat, keterukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah
(psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsive, dan
anitisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas.[6]
Untuk mengetahui pentingnya peran kepala sekolah dalam instansi
pendidikan, maka perlu diketahui tugas-tugas atau fungsi lain dari kepala
sekolah selain memimpin instansi pendidikan. Fungsi-fungsi lain ini jika
berjalan secara maksimal maka akan tercipta lingkungan instansi pendidikan yang
kondusif, baik bagi pendidik maupun peserta didik. Fungsi-fungsi ini antara
lain mencakup:
a.
Kepala
Sekolah sebagai Educator (Pendidik)
Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini
faktor pengalaman akan mempengarui profesionalisme kepala sekolah, terutama
dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan
tugasnya.[7]
Kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai educator/pendidik harus memiliki
strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di
sekolahnya. Sumidjo (1999:122) mengemukakan bahwa memahami arti pendidik tidak
cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan
harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana
pendidikan, dan bagaimana strategi
pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus
berusaha menambah, menanamkan, memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam
nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.[8]
-
Pembinaan
mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan sikap batin dan watak.
Dalam hal ini kepala sekolah berperan penting karena harus mampu menciptakan
iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya
secara proporsional dan professional.
-
Pembinaan
moral yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ajaran baik buruk dari suatu perbuatan, sikap, dan kewajiban sesuai
dengan tugas masing-masing instrumen kependidikan. Kepala sekolah berperan
penting untuk selalu memberi nasihat kepada seluruh warga sekolah.
-
Pembinaan
fisik yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kondisi jasmani atau badan, kesehatan, dan penampilan mereka secara lahiriah.
Pentingnya peran kepala sekolah yakni memberikan dorongan agar para tenaga
kependidikan terlihat secara aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan
olahraga.
-
Pembinaan
artistic yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kepekaan manusia dalam hal seni. Dalam hal ini peran kepala sekolah
adalah untuk memfasilitasi sarana penyalur ide artistic para tenaga
kependidikan.
b.
Kepala
Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan
melalui kerja sama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.[9]
Peran penting kepala sekolah yakni dengan memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif yang dimaksudkan bahwa dalam
peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah
harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang
menunjang kegiatan. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mau dan mampi
mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi,
dan mencapai tujuan.[10]
Kepala sekolah harus bersikap demokratis dalam memberikan
kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya
secara optimal. Selain itu, kepala sekolah harus berusaha mendorong
keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan sekolah. Dalam hal
ini, sekolah dapat berpedoman pada:
-
Asas
tujuan, yakni kepala sekolah harus menyampaikan tujuan instansi kependidikan
kepada seluruh tenaga kependidikan agar mereka dapat memahami dan melaksanakan
tugas mereka masing-masing dalam mencapai tujuan tersebut.
-
Asas
keunggulan, yakni kepala sekolah harus berusaha untuk mengembangkan budaya
kerja dan menjadikan ketidakpuasan kreatif sebagai sumber motivasi yang dapat
menggerakkan tenaga kependidikan.
-
Asas
mufakat, yakni kepala sekolah harus mampu menghimpun gagasan bersama serta
membangkitkan tenaga kependidikan utuk berpikir kreatif dalam melaksanakan
tugasnya.
-
Asas
kesatuan, yakni dalam hal ini kepala sekolah harus menyadari bahwa tenaga
kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung jawabnya, oleh karena itu
kepala sekolah sekolah harus berusaha untuk menjadikan tenaga kependidikan
sebagai pengurus upaya-upaya pengembangan sekolah untuk meningkatkan rasa
memiliki dalam diri para tenaga kependidikan.
-
Asas
persatuan, yakni kepala sekolah harus mendorong para tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk
mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah.
-
Asas
empirisme, yakni kepala sekolah harus mampu bertindak berdasarkan nilai dan
angka-angka yang menunjukkan prestasi para tenaga kependidikan, karena data yang
memuat semua komponen sekolah memegang peranan yang sangat penting.
-
Asas
keakraban, yakni kepala sekolah harus berupaya menjaga keakraban dengan para
tenaga kependidikan, agar tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan lancer.
-
Asas
integritas, yakni kepala sekolah harus memandang bahwa peran kepemimpinannya
merupakan suatu komponen kekuasaan untuk menciptakan dan memobilisasi energi
seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
c.
Kepala
Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat
erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara
spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum,
mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia,
mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan,
dan mengelola administrasi keuangan.[11]
d.
Kepala
Sekolah sebagai Supervisor
Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa “Supervision is a process designed to help
teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use
their knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the
school a more effective learning community”. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa supervise merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus
untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di
sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang
tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai
masyarakat belajar yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan
menyusun dan melaksanakan program supervise pendidikan, serta memanfaatkan
hasilnya.[12]
Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan
prinsip-prinsip: 1) Hubungan konsultatis, kolegial, dan bukan hirarkis, 2)
Dilaksanakan secara demokratis, 3) Berpusat pada tenaga kependidikan (guru), 4)
Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan, dan 5) Merupakan bantuan
professional.
Setiap tenaga kependidikan (guru) harus disupervisi secara periodik
dalam melaksanakan tugasnya. Keberhasilan
kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh
meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya
dan meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya.
e.
Kepala
Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader
harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.
Wahjosumijo (1999: 10) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus
memiliki karakter khusus mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, dan
pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.[13]
Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat
dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter, dan laissez-faire.[14]
Dengan dimilikinya ketiga sifat tersebut oleh seorang kepala sekolah
sebagai leader, maka dalam menjalankan roda kepemimpinannya di sekolah, kepala
sekolah dapat menggunakan strategi yang tepat, sesuai dengan tingkat kematangan
para tenaga kependidikan, dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan
perilaku hubungan. Strategi tersebut dalam dilaksanakan dalam gaya mendikte,
menjual, melibatkan, dan mendelegasikan.
f.
Kepala
Sekolah sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan agar mudah dalam mendapatkan gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga
kependidikan sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
Kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan, dan
melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Dalam pekerjaannya, kepala
sekolah dikatakan sebagai innovator jika ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif,
delegatif, integrative, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan,
disiplin, serta adaptable dan fleksibel.
Dari penjelasan fungsi – fungsi kepala sekolah diatas kita dapat
mengetahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan. Karena dengan adannya kepemimpinan kepala sekolah tujuan, visi,
misi yang telah disepakati bersama bisa tercapai. Sebagaimana fungsi dari kepemimpinan
kepala sekolah yaitu mengarahkan civitas akademik untuk menjalankan tugasnya.
C.
Indikator
Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif
Kepala
sekolah yang efektif sedikitnya harus mengetahui, menyadari, dan memahami tiga
hal yaitu mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di sekolah, apa yang
harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan efektivitas sekolah, dan bagaimana
mengelola sekolah secara efektif untuk mencapai prestasi yang tinggi. Maka
kemampuan menjawab tiga persoalan tersebut dapat dijadikan tolok ukur sebagai
standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi kepala sekolah yang efektif
atau tidak[15].
Indikator
kepala sekolah efektif secara umum juga dapat diamati dati tiga hal pokok yaitu
komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah,
serta senantiasa memfokuskan kegiatan pembelajaran dan kinerja guru dikelas
(Greenfield, 1987). Ungkapan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Heck, dkk (1991) bahwa prestasi akademik dapat diprediksi berdasarkan
pengetahuan terhadap perilaku kepemimpinan kepala sekolah. Hal tersebut dapat
dipahami karena proses kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh terhadap
kinerja sekolah secara keseluruhan. Berdasarkan hasil-hasil kajiannya pada
berbagai sekolah unggulan yang telah sukses mengembangkan berbagai programnya,
perilaku dalam kinerja juga dapat dikatakan sebagai indikator kepemimpinan
kepala sekolah efektif.
Indikator-indikator
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif secara umum sebagai berikut:
1.
Memiliki gaya
kepemimpinan yang demokratis, lugas, dan terbuka.
2.
Menyiapkan waktu
untuk berkomunikasi secara terbuka dengan para guru, peserta didik, dan warga
sekolah lainnya.
3.
Memantau
kemajuan belajar peserta didik melalui guru sesering mungkin berdasarkan data
prestasi belajar.
4.
Menyelenggarakan
pertemuan secara aktif, berkala dan berkesinambungan dengan komite sekolah,
guru, dan warga sekolah lainnya.
5.
Melakukan
berbagai kunjungan kelas untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung.
6.
Memiliki visi
yang kuat tentang masa depan sekolahnya, dan mampu mendorong semua warga
sekolah untuk mewujudkannya.
7.
Memiliki harapan
tinggi terhadap prestasi peserta didik dan kinerja seluruh warga sekolah.
8.
Memfokuskan
perannya sebagai manajer sekolah dan anggaran.
9.
Disiplinnya
dalam menjaga dokumen sekolah.
D.
TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Syarat utama manajemen sekolah berbasis (MBS) adalah kepemimpinan
partisipatif (participative leadership) dari kepala sekolah. Beragamnya
perilaku kepala sekolah dalam memimpin sekolah dipengaruhi oleh faktor-faktor
kontekstual, kondisi kelompok subjek yang dipimpin, dan faktor individual
kepala sekolah itu sendiri. Adapun tipe-tipe kepemimpinan tersebut seperti di
bawah ini.[16]
1.
Pemimpin Otokratik
Kata otokratik berarti tindakan menurut kemauan sendiri, setiap
produk pemikiran dianggap benar, atau rasa aku keberterimaannya pada khalayak
bersifat dipaksakan. Pemimpin yang memiliki perilaku tersebut disebut dengan
pemimpin otokrtik atau otoriter. Kepemimpinan otokratik bertolak bahwa
pimpinanlah yang memiliki tanggung jawab penuh teradap organisasi. Pemimpin
otokratik berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada
dirinya. Dia bekerja sungguh-sunguh, bekerja keras, tertib, tidak boleh dibantah,
menang diri, tertutup ide dari luar, dan hanya idenya yang dianggap akurat. Pemimpin
otokratik memiliki ciri-ciri :
a.
Beban
kerja organisasi di tanggung oleh pimpinan.
b.
Bawahan
hanya dianggap sebagai pelaksana dan tidak boleh memberikan ide-ide baru.
c.
Bekerja
keras, disiplin, dan tidak mengenal lelah.
d.
Menentukan
kebijakan sendiri dan jika bermusyawarah hanya bersifat penawaran saja.
e.
Memiliki
kepercayaan rendah terhadap bawahan. Jika kepercayaan diberikan di dalam
dirinya masih penuh ketidakpercayaan.
f.
Komunikasi
satu arah dan tertutup.
g.
Korektif
dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.
2.
Pemimpin Demokratis
Inti demokrasi adalah keterbukaan dan keinginan memosisikan
pekerjaan dari, oleh, dan untuk bersama. Tipe kepemimpinan demokratis bertolak
dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan yang bermutu dapat
tercapai. Oteng Sutisna mengemukakan bahwa kepemimpinan demokratis ialah suatu
gaya kepemimpinan dimana pemimpin memainkan “peran premisif”. Istilah premisif
berasal dari bahasa Inggris yang berarti mengijinkan. Premisif diartikan
sebagai pembagian funsi-fungsi kepemimpinan dengan para angota kelompok melalui
partisipasi mereka dalam menetapkan perencanaan, tujuan, dan pengarahan
kegiatan.
Penulis buku ini merumuskan bahwa kepemimpinan demokratis ialah
kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa hanya karena interaksi dinamis,
pemimpin mendelegasikan tugas dan memberikan kepercayaan kepada yang dipimpin
untuk mencapai tujuan yang bermutu secara kuantitatif. Ciri kepemimpinan
demokrasi antara lain:
a.
Beban
kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama personalia organisasi.
b.
Bawahan
dianggap sebagai komponen pelaksana yang harus diberi tugas dan tanggung jawab.
c.
Disiplin
tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah secara bersama.
d.
Kepercayaaan
tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan.
e.
Komunikasi
dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah.
Pimpinan
demokratis dalam arti semu tidaklah demokratis. Demokratis hanya dijadikan
selubung untuk memperoleh kemenangan tertantu. Pimpinan seperti ini disebut pimpinan
pseudo demokratis yang sebenarnya otoriter namun berbuat seolah-olah demokratis.
Pimpinan pseudo demokratis memiliki ciri-ciri:
a.
Banyak
meminta pendapat namun punya pendapat sendiri yang dipaksakan disetujui.
b.
Seolah
- olah mengiyakan tetapi akhirnya menyalahkan.
c.
Banyak
memberikan pujian kepada bawahan padahal hanya untuk menarik simpati.
d.
Mengambil
keputusan secara simbolis.
3.
Pemimpin Permisif
Kata
permisif bermakna serba boleh, serba mengiyakan, tidak mau ambil pusing, tidak
bersikap dalam makna sikap sesungguhnya, dan apatis. Pemimpin permisif tidak mempunyai
pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Dia terlalu banyak mengambil muka
dengan dalih untuk menggenakkan individu dihadapannya. Ciri pimpinan yang
permisif yaitu :
a.
Tidak
ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri.
b.
Mengiyakan
semua saran.
c.
Lambat
dalam mengambil keputusan.
d.
Banyak
mengambil muka kepada bawahan.
e.
Ramah
dan tidak menyakiti bawahan.
E.
Etika Kepemimpinan Kepala Sekolah
Untuk menjalankan tugas jabatannya, seorang kepala sekolah
memerlukan komitmen yang dapat dijabarkan dalam bentuk etika jabatan atau etika
kepemimpinan kepala sekolah.
1.
Pengertian
etika jabatan
Etika berasal dari kata ethos (yunani kuno) yang berarti kesusilaan.
Dalam bahasa Indonesia kata ethos menjadi etik atau etika yang berarti norma, kaidah
atau aturan. Etika jabatan atau etika kepemimpinan kepala sekolah di maksudkan
sebagai jabatan dan perilaku standar kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinannya.[17]
a.
Tujuan
Tujuan etika
kepemimpinan kepala sekolah adalah untuk:[18]
1)
Memandu
kepala sekolah dalam berperilaku.
2)
Menghindari
perilaku negative dan destruktif.
3)
Mengembangkan
profesionalitas.
4)
Membentuk
citra kepala sekolah.
5)
Menghayati
falsafat pendidikan.
b.
Tugas
dan tanggung jawab
Tugas dan tanggung jawab kepemimpinan kepala sekolah di rumuskan dalam
11 langkah sebagai berikut:[19]
1)
memahami
misi dan tugas pokoknya;
2)
mengetahui
jumlah pembantunya;
3)
mengetahui
nama – nama pembantunya;
4)
memahami
tugas setiap pembantunya;
5)
memperhatikan
kehadiran pembantunya;
6)
memperhatikan
peralatan yang dipakai pembantunya;
7)
menilai
pembantunya;
8)
memperhatikan
karier pembantunya;
9)
memperhatikan
kesejahteraan;
10)
menciptakan
suasana kekeluargaan;
11)
memberikan
laporan kepada atasannya.
c.
Sikap
dan perilaku yang perlu dimiliki kepala sekolah
Sikap
dan perilaku kepemimipinan kepala sekola yang harus dimiliki kepala sekolah
adalah sebagai berikut:[20]
1)
Memiliki
tanggung jawab terhadap jabatan yang dipercayakan kepadanya.
2)
Memiliki
kepedulian dan komitmem yang tinggi untuk mencapai sesuatu yang bermakna selama
menduduki jabatannya.
3)
Menegakkan
disiplin waktu dengan penuh kesadaran bahwa disiplin merupakan kunci keberhasilan.
4)
Melaksanakan
setiap tugas dan kegiatan dengan penuh tanggung jawab, dan selalu jelas makna
(value) dari setiap kegiatan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu lulusan.
5)
Proakif
(berinisiatif melakukan sesuatu yang di yakini baik) untuk peningkatan mutu
pendidikan di sekoalah, tidak hanya reaktif ( hanya melaksanakan kegiatan jika
ada petunjuk ).
6)
Mempunyai
kemauan dan keberanian untuk menuntaskan setiap masalah yang dihadapi oleh
sekolahnya.
7)
Menjadi
leader yang komunikatif dan motivator bagi stafnya untuk lebih berprestasi
serta tidak bersikap bossy (pejabat yang hanya mau di hormati dan di patuhi ).
8)
Memiliki
kepekan dan merasa ikut bersalah terhadap sesuatu yang kurang pas serta
berusaha mengoreksinya.
9)
Berani
mengoreksi setiap kesalahan secara tegas
dan bertindak bijaksana.
Dari penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa kepala sekolah itu
memiliki etika yang harus dalam melakukan tugas kepemimpinannya. Dimana dengan
etika tersebut kepala sekolah dapat memposisikan dirinya secara proporsional.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi orang lain. Ini mengandung makna bahwa kepemimpinan merupakan
suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain tunduk atau mengikuti
semua keinginan pemimpin. Sedangkan kepala sekolah adalah seorang fungsional
guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan
proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang
memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Dalam menjalankan tugasnya kepemimpinan kepala sekolah memiliki
peran penting dalam dunia pendidikan. Karena dengan adannya kepemimpina seorang
kepala sekolah tujuan, visi, misi yang telah disepakati bersama bisa tercapai.
Sebagaimana fungsi dari kepemimpinan kepala sekolah yaitu mengarahkan civitas
akademik untuk menjalankan tugasnya.
Indikator
kepala sekolah efektif secara umum dapat diamati dati tiga hal pokok yaitu
komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah,
serta senantiasa memfokuskan kegiatan pembelajaran dan kinerja guru dikelas
(Greenfield, 1987).
Beragamnya perilaku kepala sekolah dalam memimpin sekolah
dipengaruhi oleh faktor-faktor kontekstual, kondisi kelompok subjek yang
dipimpin, dan faktor individual kepala sekolah itu sendiri. Adapun tipe-tipe
kepemimpinan tersebut seperti di bawah ini:
1.
Pemimpin Otokratik.
2. Pemimpin Demokratis.
3. Pemimpin Permisif.
Untuk menjalankan tugas jabatannya, seorang kepala sekolah
memerlukan komitmen yang dapat dijabarkan dalam bentuk etika jabatan atau etika
kepemimpinan kepala sekolah. Dimana dengan etika tersebut dapat menciptakan
serta menjaga kewibawaan dan kredebilitas kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit
Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara.
H. Makawimbang, Jerry. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang
Bermutu. Bandung: Alfabeta.
J. Starrat, R. 2007. Menghadirkan Pemimpin Visioner: Kiat
Menegaskan Peran Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Mulyadi.
2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Malang: UIN Malang Press.
Mulyasa, H.E. 2001. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyasa, H.E. 2007. Menjadi
Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saroni, M. 2006. Manajemen Sekolah : Kiat Menjadi Pendidik yang
Kompeten, Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Suhardiman, Budi. 2012. Studi Pengembangan Kepala Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
[1] Jerry H. Makawimbang,
Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, Bandung : Alfabeta, 2012, hal.6
[2] Ibid., hal. 7
[3]Mulyadi, Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Malang: UIN Malang Press, 2010, hal. 3
[4] Jerry H.
Makawimbang, Op.cit., hal. 61
[5] Muhammad
Saroni, Manajemen Sekolah : Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten,
Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2006, hal. 21
[6] H.E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 89
[8] Ibid., hal. 99
[10] Ibid.,
[12] Ibid., hal. 112
[14] Ibid., hal. 116
[15] H. E. Mulyasa, Manajemen
dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, 2001. hal. 19
[16] Sudarwan Danim,
Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik,
Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hal. 212
[17] Mulyasa, Op.
cit., hal. 58
[18] Ibid.,
[19] Ibid.,
[20] Ibid.,
hal. 59
Comments
Post a Comment