LAPORN FISIOLOGI HEWAN DARAH DAN SISTEM PEREDARAN DARAH
DARAH DAN SISTEM PEREDARAN DARAH
A. Tujuan
Percobaan
1. Tujuan
Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit
a.
Membandingkan
jumlah sel eritrosit dan leukosit pada darah.
b.
Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah
sel eritrosit dan leukosit pada darah.
2. Tujuan Kerja
Jantung
- Mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kerja jantung.
B. Dasar Teori
Sistem Peredaran Darah
Setiap makhluk hidup
memerlukan oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan zat sisa metabolisme.
Berbagai proses metobolisme menghasilkan sampah (sisa) yang harus dikeluarkan
oleh tubuh. Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan tubuh
seperti oksigen maupun hasil metabolisme dan sisa-sisanya dilakukan oleh sistem
peredaran atau sistem sirkulasi. Sistem peredaran darah pada manusia terdiri
dari:
- Darah
Darah adalah jaringan cair
yang berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua
apabila kekurangan oksigen( Evelyn C. Pearce, 2006 ). Fungsi utama darah adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel – sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat – zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit (Moree, 1986).
Darah terdiri daripada
beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang
lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut
plasma darah (Moree, 1986).
a. Korpuskula
Menurut Smith (1994) korpuskula darah terdiri dari:
1. Sel darah merah atau
eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit adalah sel darah yang paling
banyak jumlahnya dibandingkan dengan leukosit maupun trombosit. Setiap 1 mm3 '
darah mengandung 5-6 juta eritrosit. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang.
Bentuk eritrosit bulat pipih, tidak berinti, dan cekung pada kedua sisinya
(bikonkaf). Eritrosit berwama merah karena mengandung hemoglobin, yaitu suatu
pigmen merah yang mengandung zat besi.Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit
anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah (Smith, 1994).
2. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit mempunyai inti, bentuknya tidak tetap, dapat
bergerak secara amoeboid, dan dapat menembus dinding kapiler. Keluarnya leukosit
dari pembuluh darah kapiler disebut diapedesis. Leukosit berumur 12-13 hari.
Setiap 1 mm3 darah mengandung 5.000-10.000 leukosit dan jumlahnya akan
meningkat jika terjadi infeksi. Leukosit ada lima jenis, yaitu monosit,
neutrofil, basofil, eusinofil, dan limfosit. Leukosit berfungsi untuk
melindungi tubuh dari kuman – kuman penyakit (Smith, 1994).
3.Keping Darah (Trombosit)
Trombosit berbentuk tidak teratur dan tidak berinti.
Umur trombosit hanya 7-9 hari dan jumlahnya berkisar 250 ribu/mm3 darah. Trombosit
berperan dalam proses pembekuan darah. Trombosit yang pecah akan mengeluarkan
enzim trombokinase (pengaktif protrombin) (Smith, 1994).
b. Plasma darah
Plasma darah adalah cairan darah
berwama kekuning-kuningan yang mengandung 90% air dan zat-zat terlarut. Plasma
darah berfungsi untuk mengatur tekanan osmosis darah, membawa zat-zat makanan
ke seluruh tubuh, dan mengangkut zat-zat sisa metabolisme dari jaringan tubuh (Fitria,
2009). Menurut Carlsson (2008) plasma darah
adalah larutan air yang mengandung:
- Albumin
- Bahan pembeku darah
- Hormon
- Berbagai jenis protein
- Berbagai jenis garam
2. Alat
Peredaran Darah
Menurut Carlsson (2008)
alat peredaran darah terdiri dari:
a. Pembuluh darah
Terdapat tiga macam pembuluh
darah, yaitu:
1) pembuluh nadi atau arteri, yaitu pembuluh yang mengangkut darah
dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh ini dibedakan menjadi aorta, arteri,
dan arteriole. Aorta adalah pembuluh darah yang langsung berhubungan dengan
jantung. Arteri adalah cabang dari aorta, sedangkan arteriol adalah pembuluh
nadi yang berhubungan dengan kapiler.
2) Pembuluh balik atau vena, yaitu pembuluh yang mengangkut darah
dari seluruh organ tubuh menuju ke jantung. Vena dibedakan menjadi venule,
vena, dan vena cava. Venule adalah pembuluh balik yang berhubungan dengan
kapiler. Vena menerima darah dari venule, sedangkan vena cava adalah pembuluh
balik besar yang langsung berhubungan dengan jantung.
3) Pembuluh kapiler, yaitu pembuluh halus yang menghubungkan arteriole
dengan venule. Kapiler merupakan pembuluh halus yang dindingnya hanya setebal
selapis sel. Pada pembuluh inilah terjadi pertukaran oksigen dari darah dengan
karbondioksida jaringan.
3. Jantung

Jantung merupakan alat
pemompa darah yang letaknya di dalam rongga dada agak ke kiri. Bersarnya kurang
lebih sama dengan kepalan. Menurut Carlsson (2008) jantung
mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
1) Dinding jantung
Dinding jantung merupakan
bagian yang membungkus ruangan jantung. Dinding ini terdiri atas tiga lapis,
yaitu:
a) Perikardium
Perikardium adalah selaput pembungkus jantung. Perikardium ini berlapis
dua. Diantara keduanya terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk menahan
gesekan.
b) Miokardium
Miokardium adalah otot jantung. Otot ini tersusun atas jenis otot yang
bekerja secara tidak sadar.
c) Endokardium
Endokardium adalah selaput
yang membatasi ruangan jantung.
2) Ruangan jantung
Ruangan jantung manusia
berjumlah empat terdiri dari dua serambi (atrium) kanan dan kiri serta
dua bilik (ventrikel) kanan dan kiri. Serambi kanan berisi darah yang
kaya CO2 berasal dari seluruh tubuh, sedangkan serambi kiri berisi darah yang
kaya oksigen yang berasal dari paru-paru.
3) Klep jantung
Antara serambi dan bilik,
antara bilik dan nadi terdapat klep atau valvula. Fungsi klep ini untuk
menjaga agar aliran darah tetap searah.
4) Saraf jantung
Saraf pada jantung membentuk
beberapa simpul saraf jantung. Simpul saraf tersebut adalah sebagai berikut:
a) simpul Keith-Flack atau
Nodus Sino Aurikularis.
Simpul saraf ini terdapat pada dinding serambi, diantara vena yang masuk ke
serambi kanan.
b) simpul Tawara atau Nodus
Atrioventrikularis.
Simpul saraf ini terdapat
pada sekat antara serambi dan bilik.
c) Berkas His.
Berkas His berupa serabut saraf yang merupakan kelanjutan dari simpul
tawara. Serabut saraf dari berkas His ini terdapat pada sekat antara bilik dan
bercabang-cabang ke otot jantung dinding ventrikel.
Kerja jantung
Bila serambi jantung
mengembang, jantung akan mengisap darah masuk ke serambi dari pembuluh balik.
Serambi kanan menarik darah dari vena cava superior dan vena cava inferior,
sedangkan serambi kiri menarik darah vena pulmonalis atau pembuluh balik
paru-paru. Bersamaan masuknya darah keserambi kanan, simpul keith-flack
terangsang. Rangsangan diteruskan ke simpul Tawara. Bersamaan dengan ini, otot
dinding serambi berkontraksi sehingga ruangan serambi mengucup. Begitu impuls
dari keith-flack sampai disimpul Tawara, maka katup antara serambi dan bilik
terbuka, darah mengalir ke bilik. Sementara itu, impuls saraf diteruskan ke
berkas his. Setelah darah masuk ke dalam ventrikel, klep antara atrium dan
bilik menutup. Sesampainya rangsangan di miokardium bilik, maka berkontraksilah
dinding bilik. Akibatnya, ruangan bilik menguncup. Tekanan ruangan dalam bilik
maximum disebut tekanan sistole. Pada waktu sistole, darah terpompa ke aorta.
Setelah darah terpompa ke aorta, dinding bilik berelaksasi. Ruangan jantung
membesar maximum sehingga tekanannya menjadi minimum. Tekanan terendah dalam
ruangan jantung akibat otot jantung berelaksasi disebut diastole (Irianto,
2012).
C. Alat dan
Bahan Percobaan
- Alat dan Bahan Percobaan Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit
Alat yang digunakan pada praktikum perhitungan jumlah eritrosit dan
leukosit: Gelas obyek, kaca penutup,
mikroskop cahaya, hemasitometer. Sedangkan bahan yang digunakan pada perhitungan
jumlah eritrosit dan leukosit anatara lain: darah tikus jantan dan betina,
larutan Hayem dan Turk.
2.
Alat dan Bahan Percobaan Kerja Jantung
Alat yang digunakan pada praktikum kerja jantung adalah stopwatch.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah tubuh praktikan sendiri.
D. Cara
Kerja
1. Perhitungan Jumlah Eritrosit
Dalam pengenceran 200x, darah dihisap
sampai angka 0,5 pada mikropipet. Kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas
isap. Lalu larutan hayem dalam botol flakon dihisap sampai angka 101. Setelah
itu karet yang digunakan untuk menghisap dilepaskan dari pipet. Kemudian pipet
dipegang pada kedua ujungnya dengan ibu jari dan jari telunjuk, dikocok selama
2 menit. Setelah itu, dibuang beberapa tetes (2-3) tetes kemudian tetes
berikutnya digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit. Kemudian disiapkan
bilik hitung dan penutupnya, kemudian ujung pipet ditempelkan pada tepi gelas
penutup sehingga cairan dalam pipet dapat masuk dengan sendirinya ke dalam
bilik hitung. Setelah itu dilihat dibawah mikroskop (dari perbesaran hingga
perbesaran kuat). Setelah itu, eritrosit pada bilik hitung, dapat dihitung.
2.
Perhitungan Jumlah
Leukosit (pengenceran 10x)
Darah tikus dihisap sampai angka 1,0
menggunakan mikropipet dan ujungnya dibersihkan dengan kertas isap. Kemudian
larutan hayem dalam botol flakon dihisap sampai angka 11. Selanjutnya karet
pada pipet yang digunakan untuk menghisap dilepas dan pipet dikocok dengan cara
kedua ujungnya dipegang menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Darah yang
tercampur larutan hayem dibuang 2 – 3 tetes dan ujung pipet ditempelkan pada
gelas penutup, sehingga cairan dalam pipet dapat masuk dengan sendirinya ke
dalam bilik hitung dan ditutup dengan gelas penutup. Setelah itu diamati dibawah
mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat dan dihitung leukosit pada bilik hitung
menggunakan counting counter.
3.
Pengaruh Aktivitas Fisik
terhadap Pemulihan Kerja Jantung
Praktikan dipilih dengan kategori
laki – laki sering dan jarang olahraga serta perempuan yang sering dan jarang
olahraga. Praktikan diminta untuk duduk selama 3 menit, lalu denyut jantung
(DJO) diukur permenit. Selama 3 menit dilakukan aktivitas naik turun tangga.
Dilakukan secara berirama pada putaran 24 langkah/ menit selama 3 menit. Kemudian
denyut jantung diukur permenit selama 3 menit segera setelah tes, dan hasil
percobaan diisikan kedalam tabel. Kemudian dibandingkan level denyut jantung
praktikan pada menit pertama setelah latihan. Kemudian diukur level stamina
(fitness), dan dibandingkan hasilnya denyut jantung selama 15 detik x 4,
kemudian VO2 dihitung pada setiap kategori laki – laki dan perempuan yang
melakukan praktikum tadi.
No
|
Probandus
|
DJ0
|
DJ15’’
|
DJ1
|
DJ2
|
DJ3
|
Keterangan kondisi probandus
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ket: DJ0=
denyut jantung keadaan istirahat
DJ15’’= denyut jantung pada
detik ke-15
DJ1=
denyut jantung pada menit kesatu
DJ2=denyut
jantung pada menit kedua
DJ3=
denyut jantung pada menit ketiga
Dari tabel diatas, dibandingkan level denyut
jantung pada menit pertama (DJI) setelah latihan bedasarkan pada tabel 1.
Denyut jantung pada menit pertama setelah latihan (DJ1).
Kategori
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Sangat baik (excellent)
|
< 79
|
< 85
|
Baik (good)
|
79 – 89
|
85 – 98
|
Di atas rata-rata (above
average)
|
90 – 99
|
99 - 108
|
Rata-rata (average)
|
100 - 105
|
109 - 117
|
Di bawah rata-rata (below average)
|
>106
|
>118
|
Kemudian diukur level stamina dengan
menggunakan rumus berikut:
Level stamina = 30000 ÷(DJ1 + DJ2 + DJ3)
Level stamina yang didapat kemudian
dibandingkan dengan tabel 2. Level stamina (aerobic fitness) pada laki – laki
dan perempuan.
|
Sangat baik (excellent)
|
Di atas rata-rata (above average)
|
Rata-rata (average)
|
Di bawah rata-rata (below average)
|
Jelek (poor)
|
Laki-laki
|
>90
|
80 – 90
|
65 – 79
|
55 – 64
|
<55
|
Perempuan
|
>86
|
76 – 86
|
61 – 75
|
50 – 60
|
<50
|
Denyut jantung selama 15 menit detik x 4, kemudian dihuitung VO2 dengan
menggunakan rumus:
Laki-laki: 111.33 – (0.42 x
DJ/menit)
Perempuan =
65.81 – (0.1847 x DJ/menit)
Kemudian data yang didapat,
dibandingkan dengan tabel 3. VO2 max
|
Superior
|
Sangat baik (excellent)
|
Baik (good)
|
Cukup (fair)
|
Jelek (poor)
|
Laki-laki
|
>55
|
51 – 55
|
46 – 50
|
42 – 45
|
<42
|
Perempuan
|
>49
|
44 – 49
|
40 – 43
|
36 – 39
|
<36
|
E. Hasil dan Pembahasan
I.
Perhitungan
Jumlah Eritrosit dan Leukosit
Jenis Tikus
|
Jumlah Eritrosit (/
![]() |
Jumlah Leukosit (/
![]() |
Tikus A
|
4.270.000
|
4.075
|
Tikus B
|
4.780.000
|
5.300
|
Rata - rata
|
4.525.000
|
4.687,5
|

Berdasarkan tabel data dan grafik pengamatan jumlah
eritrosit tikus A adalah 4.270.000/
dan eritrosit pada tikus B adalah 4.780.000/
. Sedangkan jumlah leukosit pada
tikus A adalah 4.075/
dan tukus B adalah 5.300/
. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa jumlah eritrosit pada tikus B lebih banyak daripada tikus A.
Sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) jumlah eritrosit total pada tikus putih berkisar
antara 7,2-9,6 juta/
. Jika dibandingkan dengan
literature, jumlah eritrosit tikus A dan B mengalami penurunan. Menurut
Widyastuti (2013) penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh waktu edar
eritrosit pada sirkulasi yang hanya sekitar 120 hari dan dimungkinkan usia
eritrosit yang sudah tua dan mulai didestruksi di hati maupun limpa, dan
produksi eritrosit baru belum sempurna sehingga jumlah eritrosit pada sirkulasi
menurun. Menurut Preet and Prakash
(2011), jumlah eritrosit total juga memiliki korelasi dengan persentase
hemoglobin yang terukur. Jadi penurunan jumlah eritrosit yang digunakan
praktikan terjadi karena dimungkinkan sedang terjadinya waktu edar eritrosit.
Sehingga pada saat tikus tersebut digunakan oleh praktikan, jumlah eritrositnya
menurun.





Sedangkan jumlah leukosit
pada tikus A adalah 4.075/
dan tikus B adalah 5.300/
. jumlah leukosit tersebut hampir
mendekati dengan literature yaitu menurut Smith dan Mangkoewidjojo ( 1988) berkisar
5,0-13,0 x 1000/
. Berdasarkan literature tersebut
jumlah leukosit pada tikus B sudah mencukupi sedangkan tikus A masih kurang.
Berkurangnya jumlah leukosit pada tikus B terjadi karena adanya beberapa
faktor. Menurut Dharma dkk. (2010), pada usia yang lebih tua kemampuan tubuh
untuk memproduksi leukosit lebih rendah daripada usia yang lebih muda, karena
sistem imun tubuh yang melibatkan leukosit lebih baik perkembangannya saat usia
muda. Selain itu faktor lainnya berhubungan dengan fungsinya leukosit yaitu
berperan dalam respon sistem imun. Apabila terdapat benda asaing yang masuk
kedalam tubuh maka produksi leukosit akan meningkat.



Berdasarkan data diatas jumlah
eritrosit dan leukosit tikus A lebih rendah dibandingkan tikus B. Hal ini
mungkin terjadi sebagaimana yang dikemukakan Dharma dkk (2010) bahwa adanya
kemungkinan tingkat umur tikus A lebih tua dibandingkan tikus B. Hal ini
terjadi karena menurunya produksi sel -
sel pada tubuh.
II.
Kerja Jnatung
Tabel
aerobic fitnes, VO2 max Perempuan jarang olahraga
No.
|
Probandus
|
DJ0
|
DJ15
|
DJ1
|
DJ2
|
DJ3
|
Level DJ
|
L. Stamina
|
VO2
|
1.
|
Nabila
|
80
|
27
|
91
|
176
|
251
|
Baik
|
Bwh Rata2
|
Sgt Baik
|
2.
|
Erica
|
86
|
27
|
59
|
111
|
170
|
Sgt Baik
|
Sgt Baik
|
Sgt Baik
|
3.
|
Ema
|
85
|
27
|
95
|
179
|
289
|
Baik
|
Bwh Rata2
|
Sgt Baik
|
4.
|
Heni
|
80
|
32
|
107
|
182
|
294
|
Ats Rata2
|
Bwh Rata2
|
Baik
|
5.
|
Lukluk
|
65
|
19
|
73
|
109
|
164
|
Sgt Baik
|
Sgt Baik
|
Superior
|
6.
|
Eliana
|
84
|
30
|
109
|
180
|
251
|
Rata2
|
Sgt Baik
|
Baik
|
7.
|
Maya
|
93
|
38
|
139
|
247
|
316
|
Bwh Rata2
|
Jelek
|
Cukup
|
8.
|
Nida
|
103
|
27
|
87
|
143
|
177
|
Baik
|
Sgt Baik
|
Sgt Baik
|
Rata - rata
|
84,5
|
28,4
|
95
|
165, 8
|
239
|
Baik
|
Sgt baik
|
Sangat baik
|
Tabel
aerobic fitnes, VO2 max Laki-laki jarang olahraga
No.
|
Probandus
|
DJ0
|
DJ15
|
DJ1
|
DJ2
|
DJ3
|
Level DJ
|
L. Stamina
|
VO2
|
1.
|
Bayu
|
116
|
34
|
131
|
259
|
278
|
Bwh Rata2
|
Pour
|
Sgt Baik
|
2.
|
Ulin
|
83
|
33
|
126
|
220
|
268
|
Bwh Rata2
|
Pour
|
Superior
|
3.
|
Arif
|
96
|
33
|
117
|
220
|
345
|
Bwh Rata2
|
Pour
|
Superior
|
Rata - rata
|
98,3
|
33,3
|
124,6
|
233
|
297
|
Bwh Rata2
|
Pour
|
Superior
|
Tabel
aerobic fitnes, VO2 max Perempuan sering olahraga
No.
|
Probandus
|
DJ0
|
DJ15
|
DJ1
|
DJ2
|
DJ3
|
Level DJ
|
L. Stamina
|
VO2
|
1.
|
Meri
|
78
|
30
|
125
|
164
|
232
|
Bwh Rata2
|
Bwh Rata2
|
Sgt Baik
|
2.
|
Iroh
|
71
|
30
|
113
|
207
|
288
|
Rata2
|
Jelek
|
Sgt Baik
|
3.
|
Ulfa
|
58
|
30
|
85
|
156
|
208
|
Baik
|
Rata2
|
Sgt Baik
|
4.
|
Cicik
|
60
|
27
|
57
|
85
|
178
|
Excellent
|
Excellent
|
Excellent
|
5.
|
Itsna
|
68
|
23
|
67
|
99
|
158
|
Excellent
|
Excellent
|
Excellent
|
6.
|
Ila
|
91
|
22
|
178
|
242
|
290
|
Bwh Rata2
|
Poor
|
Superior
|
Rata - rata
|
71
|
27
|
104,2
|
158,8
|
225,6
|
Excellent
|
Excellent
|
Sangat baik
|
Tabel
aerobc fitnes, VO2 max Laki-laki sering olahraga
No.
|
Probandus
|
DJ0
|
DJ15
|
DJ1
|
DJ2
|
DJ3
|
Level DJ
|
L. Stamina
|
VO2
|
1.
|
Didik
|
87
|
27
|
120
|
206
|
292
|
Bwh Rata2
|
Pour
|
Superior
|
2.
|
Fathin
|
85
|
22
|
98
|
169
|
285
|
Bwh Rata2
|
Pour
|
Superior
|
3.
|
Eno
|
58
|
27
|
95
|
159
|
201
|
Ats Rata2
|
Rata2
|
Superior
|
Rata - rata
|
76,6
|
25,3
|
104,3
|
178
|
259,3
|
Bwh Rata2
|
Pour
|
Superior
|
Dari rata
– rata diatas dapat diketahui bahwa semakin lama aktivitas maka denyut nadi
akan semakin cepat, berdasarkan teori, hal ini dikarenakan aliran darah yang
terpompa dengan cepat seiring lama dan cepatnya aktivitas yang dilakukan.
Teori
yang berlaku menyebutkan bahwa semakin cepat aktivitas maka energi yang
dibutuhkan semakin banyak sehingga membutuhkan oksigen dalam jumlah yang banyak
pula untuk membentuk ATP dalam tubuh. Seiring dengan banyaknya oksigen yang
dibutuhkan maka penyebarannya dalam tubuh juga dibutuhkan waktu yang cepat,
sehingga aliran darah juga semakin cepat di dalam tubuh. Hal tersebut secara
otomatis membuat denyut nadi semakin cepat (Martini, dkk., 2001).
Dari
pemaparan diatas aktivitas benar – benar berpengaruh terhadap denyut nadi
karena suplai oksigen yang dibutuhkan tubuh. Selain hal tersebut ternyata masih
ada hal – hal lain yang mempengaruhi kecepatan denyut nadi yaitu hormon, usia,
kondisi tubuh, obat yang dikonsumsi dan sebagainya.
Hubungan antara jenis kelamin dengan
denyut nadi
Frekuensi jantung normal
berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan 75
kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama
0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik (Martini, dkk., 2001). Dari rata – rata di atas, dapat
dikatakan bahwa denyut laki – laki lebih cepat dibandingkan perempuan untuk
skala aktivitas yang sama. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Martini
(2001) bahwa kecepatan denyut nadi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Selain itu Martini (2001) juga mengatakan
bahwa wanita memiliki denyut nadi yang lebih lambat karena wanita setiap
bulannya mengalami siklus menstruasi sehingga tekanan darah biasanya menurun
pada kondisi ini. Hal tersebut berkenaan dengan hormon yang juga mempengaruhi
aliran darah pada perempuan baik setelah menstruasi ataupun akan menstruasi.
Sehingga dapat diketahui bahwa kondisi fisiologi wanita lebih tidak stabil
daripada laki – laki (Ganong, 1992).
Nilai VO2
max


Menurut
Ganong (1992) yang dimaksud dengan VO2 maksimum adalah derajat metabolisme
aerob maksimum dalam aktivitas fisik dinamis yang dapat dicapai seseorang. Dari
data yang didapat wanita yang sering olahraga dan jarang olahraga memiliki VO2
max. yang sangat baik. Sedangkan pada laki – laki yang sering olahraga memiliki
VO2 max .superior, dan laki – laki yang jarang olahraga memiliki VO2 max.
sangat baik. Berdasarkan data tersebut untuk wanita tidak ada perbedaan VO2 max
antara yang olah raga dengan jarang olahraga. Dan laki – laki sering olahraga
memiliki VO2 max yang lebih baik daripada laki – laki jarang olahraga. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan Ganong ( 1992) bahwa individu yang terlatih
dengan VO2 max lebih tinggi akan cenderung dapat melaksanakan lebih baik daya
aktivitasnya dibandingkan dengan orang yang memiliki VO2 max rendah. Selain itu
Ganong (1992) juga mengatakan bahwa orang – orang yang memiliki daya tahan yang
tinggi karena olahraga, ternyata paru – paru mereka mempunyai kesanggupan untuk
menampung 1,5 lebih banyak udara daripada orang biasa. Mereka yang memiliki VO2
max yang lebih tinggi dapat melakukan aktivitas lebih banyak. Karena banyaknya
kadar O2 dalam paru – paru sehingga lebih lama untuk digunakan dalam
beraktivitas.
F.
Kesimpulan
1.
Jumlah eritrosit dan leukosit jantan lebih banyak daripada jumlah eritrosit
betina.
2.
Jumlah eritrosit dan leukosit berbeda – beda, tergantung jenis kelamin, usia
dan ketinggian tempat tinggal seseorang.
3.
Aktivitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan pemulihan denyut jantung.
Aktivitas fisik mempengaruhi denyut jantung seseorang. Pada laki – laki dan
perempuan yang sering berolahraga memiliki tingkat VO2 yang baik.
4.
Nilai VO2 max pada laki – laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, karena laki
– laki cenderung memiliki stamina yang baik daripada perempuan.
G.
Daftar Pustaka
Benson, JH. 1999. Anatomy and Physiology Laboratory.
New York: Mc Graw Hill
Carlsson HE. 2008. The Use of Laboratory Animals in
Biomedical Studies. FELASA Category C-Like Course. Bogor: Pusat Studi
Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (PSSP-IPB). Color Atlas of
Comparative Diagnostic & Experimental Hematology. Barcelona: Wolfe
Publishing/Mosby-Year Bok Europe Ltd. pp 9-15.
Dharma, R., Immanuel, S. dan Wirawan, R. 2010.Penilaian
Hasil Pemeriksaan Hematologi
Evelyn, C. Pearce. 2006. Anatomi dan Fisiologi
Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Fitria L. 2009. Profil Reproduksi Tikus (Rattus
norvegicus Berkenhout, 1769). Yogyakarta: UGM Press
Ganong, W. F. 1992. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
(Review of Medical Physiology). Jakarta: EGC
Guyton, A.C. 1993. Human Physiology and Mechanism
of Desease. Philadelphia: W.B. Saunders Company
Hall. New Jersey: 110-112.
Irianto, K. 2012. Anatomi dan Fisiologi.
Bandung: Alfabeta
JG, and Jain NC. (eds). Schalm’s Veterinary
Hematology. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, a
Wolters Kluwer Co.
Juvenil, Pradewasa, dan Dewasa. Laporan Penelitian Hibah Dosen Muda.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM-UGM).
Martini, E. H. and Weltch, K. (2001) Fundamentals of Anatomy and
Physiology 5th ed. Prentice
Moore DM. 1986. Hematology of the Rats (Rattus
norvegicus). In: Feldman BF, Zinkl
Preet, S. and Prakash, S. 2011. Haematological profile
in Rattus norvegicus during experimental cysticercosis. J. Par. Dis. 35:
144 - 147.
Rutin. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/
files/10/Penilaian Hasil Pemeriksaan.pdf/10PenilaianHasil Pemeriksaan. pdf.
Diakses Pada 11 November 2016 Pukul 13.45 WIB.
Smith CA, Andrews CM, Collard JK, Hall DE, Walker AK.
1994. Rats and Mouse. In:
Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Tikus
Laboratorium (Rattus norvegicus). Dalam: Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press). hal 37-57.
Widyastuti,
Dyah Ayu. 2013. Profil Darah
Tikus Putih Wistar pada Kondisi Subkronis Pemberian Natrium Nitrit. Jurnal
Sain Veteriner. Yogyakarta: UGM Vol. 31, No. 2
Comments
Post a Comment