LAPORN FISIOLOGI HEWAN DARAH DAN SISTEM PEREDARAN DARAH

DARAH DAN SISTEM PEREDARAN DARAH
A. Tujuan Percobaan
1. Tujuan Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit
a.       Membandingkan jumlah sel eritrosit dan leukosit pada darah.  
b.      Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah sel eritrosit dan leukosit pada darah.
2. Tujuan Kerja Jantung
  1. Mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kerja jantung.
B. Dasar Teori
            Sistem Peredaran Darah
Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan zat sisa metabolisme. Berbagai proses metobolisme menghasilkan sampah (sisa) yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti oksigen maupun hasil metabolisme dan sisa-sisanya dilakukan oleh sistem peredaran atau sistem sirkulasi. Sistem peredaran darah pada manusia terdiri dari:
  1. Darah
Darah adalah jaringan cair yang berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen( Evelyn C. Pearce, 2006 ). Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel – sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat – zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Moree, 1986).
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah (Moree, 1986).
a.       Korpuskula
Menurut Smith (1994) korpuskula darah terdiri dari:
1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit adalah sel darah yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan leukosit maupun trombosit. Setiap 1 mm3 ' darah mengandung 5-6 juta eritrosit. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang. Bentuk eritrosit bulat pipih, tidak berinti, dan cekung pada kedua sisinya (bikonkaf). Eritrosit berwama merah karena mengandung hemoglobin, yaitu suatu pigmen merah yang mengandung zat besi.Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah (Smith, 1994).
2. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit mempunyai inti, bentuknya tidak tetap, dapat bergerak secara amoeboid, dan dapat menembus dinding kapiler. Keluarnya leukosit dari pembuluh darah kapiler disebut diapedesis. Leukosit berumur 12-13 hari. Setiap 1 mm3 darah mengandung 5.000-10.000 leukosit dan jumlahnya akan meningkat jika terjadi infeksi. Leukosit ada lima jenis, yaitu monosit, neutrofil, basofil, eusinofil, dan limfosit. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh dari kuman – kuman penyakit (Smith, 1994).
3.Keping Darah (Trombosit)
Trombosit berbentuk tidak teratur dan tidak berinti. Umur trombosit hanya 7-9 hari dan jumlahnya berkisar 250 ribu/mm3 darah. Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Trombosit yang pecah akan mengeluarkan enzim trombokinase (pengaktif protrombin) (Smith, 1994).

b.      Plasma darah
Plasma darah adalah cairan darah berwama kekuning-kuningan yang mengandung 90% air dan zat-zat terlarut. Plasma darah berfungsi untuk mengatur tekanan osmosis darah, membawa zat-zat makanan ke seluruh tubuh, dan mengangkut zat-zat sisa metabolisme dari jaringan tubuh (Fitria, 2009). Menurut Carlsson (2008) plasma darah adalah larutan air yang mengandung:
- Albumin
- Bahan pembeku darah
- Hormon
- Berbagai jenis protein
- Berbagai jenis garam
2.  Alat Peredaran Darah
Menurut Carlsson (2008) alat peredaran darah terdiri dari:
a. Pembuluh darah
Terdapat tiga macam pembuluh darah, yaitu:
1) pembuluh nadi atau arteri, yaitu pembuluh yang mengangkut darah dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh ini dibedakan menjadi aorta, arteri, dan arteriole. Aorta adalah pembuluh darah yang langsung berhubungan dengan jantung. Arteri adalah cabang dari aorta, sedangkan arteriol adalah pembuluh nadi yang berhubungan dengan kapiler.
2) Pembuluh balik atau vena, yaitu pembuluh yang mengangkut darah dari seluruh organ tubuh menuju ke jantung. Vena dibedakan menjadi venule, vena, dan vena cava. Venule adalah pembuluh balik yang berhubungan dengan kapiler. Vena menerima darah dari venule, sedangkan vena cava adalah pembuluh balik besar yang langsung berhubungan dengan jantung.
3) Pembuluh kapiler, yaitu pembuluh halus yang menghubungkan arteriole dengan venule. Kapiler merupakan pembuluh halus yang dindingnya hanya setebal selapis sel. Pada pembuluh inilah terjadi pertukaran oksigen dari darah dengan karbondioksida jaringan.
3.  Jantung
       
Jantung merupakan alat pemompa darah yang letaknya di dalam rongga dada agak ke kiri. Bersarnya kurang lebih sama dengan kepalan. Menurut Carlsson (2008) jantung mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
1) Dinding jantung
Dinding jantung merupakan bagian yang membungkus ruangan jantung. Dinding ini terdiri atas tiga lapis, yaitu:
a) Perikardium
Perikardium adalah selaput pembungkus jantung. Perikardium ini berlapis dua. Diantara keduanya terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk menahan gesekan.
b) Miokardium
Miokardium adalah otot jantung. Otot ini tersusun atas jenis otot yang bekerja secara tidak sadar.
c) Endokardium
Endokardium adalah selaput yang membatasi ruangan jantung.
2) Ruangan jantung
Ruangan jantung manusia berjumlah empat terdiri dari dua serambi (atrium) kanan dan kiri serta dua bilik (ventrikel) kanan dan kiri. Serambi kanan berisi darah yang kaya CO2 berasal dari seluruh tubuh, sedangkan serambi kiri berisi darah yang kaya oksigen yang berasal dari paru-paru.
3) Klep jantung
Antara serambi dan bilik, antara bilik dan nadi terdapat klep atau valvula. Fungsi klep ini untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.
4) Saraf jantung
Saraf pada jantung membentuk beberapa simpul saraf jantung. Simpul saraf tersebut adalah sebagai berikut:
a) simpul Keith-Flack atau Nodus Sino Aurikularis.
Simpul saraf ini terdapat pada dinding serambi, diantara vena yang masuk ke serambi kanan.
b) simpul Tawara atau Nodus Atrioventrikularis.
Simpul saraf ini terdapat pada sekat antara serambi dan bilik.
c) Berkas His.
Berkas His berupa serabut saraf yang merupakan kelanjutan dari simpul tawara. Serabut saraf dari berkas His ini terdapat pada sekat antara bilik dan bercabang-cabang ke otot jantung dinding ventrikel.
Kerja jantung
Bila serambi jantung mengembang, jantung akan mengisap darah masuk ke serambi dari pembuluh balik. Serambi kanan menarik darah dari vena cava superior dan vena cava inferior, sedangkan serambi kiri menarik darah vena pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Bersamaan masuknya darah keserambi kanan, simpul keith-flack terangsang. Rangsangan diteruskan ke simpul Tawara. Bersamaan dengan ini, otot dinding serambi berkontraksi sehingga ruangan serambi mengucup. Begitu impuls dari keith-flack sampai disimpul Tawara, maka katup antara serambi dan bilik terbuka, darah mengalir ke bilik. Sementara itu, impuls saraf diteruskan ke berkas his. Setelah darah masuk ke dalam ventrikel, klep antara atrium dan bilik menutup. Sesampainya rangsangan di miokardium bilik, maka berkontraksilah dinding bilik. Akibatnya, ruangan bilik menguncup. Tekanan ruangan dalam bilik maximum disebut tekanan sistole. Pada waktu sistole, darah terpompa ke aorta. Setelah darah terpompa ke aorta, dinding bilik berelaksasi. Ruangan jantung membesar maximum sehingga tekanannya menjadi minimum. Tekanan terendah dalam ruangan jantung akibat otot jantung berelaksasi disebut diastole (Irianto, 2012).
C. Alat dan Bahan Percobaan
  1. Alat dan Bahan Percobaan Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit
Alat yang digunakan pada praktikum perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit: Gelas obyek, kaca penutup, mikroskop cahaya, hemasitometer. Sedangkan bahan yang digunakan pada perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit anatara lain: darah tikus jantan dan betina, larutan Hayem dan Turk.
2.      Alat dan Bahan Percobaan Kerja Jantung
Alat yang digunakan pada praktikum kerja jantung adalah stopwatch. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tubuh praktikan sendiri.
D. Cara Kerja
1. Perhitungan Jumlah Eritrosit
            Dalam pengenceran 200x, darah dihisap sampai angka 0,5 pada mikropipet. Kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas isap. Lalu larutan hayem dalam botol flakon dihisap sampai angka 101. Setelah itu karet yang digunakan untuk menghisap dilepaskan dari pipet. Kemudian pipet dipegang pada kedua ujungnya dengan ibu jari dan jari telunjuk, dikocok selama 2 menit. Setelah itu, dibuang beberapa tetes (2-3) tetes kemudian tetes berikutnya digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit. Kemudian disiapkan bilik hitung dan penutupnya, kemudian ujung pipet ditempelkan pada tepi gelas penutup sehingga cairan dalam pipet dapat masuk dengan sendirinya ke dalam bilik hitung. Setelah itu dilihat dibawah mikroskop (dari perbesaran hingga perbesaran kuat). Setelah itu, eritrosit pada bilik hitung, dapat dihitung.
2.      Perhitungan Jumlah Leukosit (pengenceran 10x)
            Darah tikus dihisap sampai angka 1,0 menggunakan mikropipet dan ujungnya dibersihkan dengan kertas isap. Kemudian larutan hayem dalam botol flakon dihisap sampai angka 11. Selanjutnya karet pada pipet yang digunakan untuk menghisap dilepas dan pipet dikocok dengan cara kedua ujungnya dipegang menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Darah yang tercampur larutan hayem dibuang 2 – 3 tetes dan ujung pipet ditempelkan pada gelas penutup, sehingga cairan dalam pipet dapat masuk dengan sendirinya ke dalam bilik hitung dan ditutup dengan gelas penutup. Setelah itu diamati dibawah mikroskop dari perbesaran lemah ke kuat dan dihitung leukosit pada bilik hitung menggunakan counting counter.
3.      Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Pemulihan Kerja Jantung
            Praktikan dipilih dengan kategori laki – laki sering dan jarang olahraga serta perempuan yang sering dan jarang olahraga. Praktikan diminta untuk duduk selama 3 menit, lalu denyut jantung (DJO) diukur permenit. Selama 3 menit dilakukan aktivitas naik turun tangga. Dilakukan secara berirama pada putaran 24 langkah/ menit selama 3 menit. Kemudian denyut jantung diukur permenit selama 3 menit segera setelah tes, dan hasil percobaan diisikan kedalam tabel. Kemudian dibandingkan level denyut jantung praktikan pada menit pertama setelah latihan. Kemudian diukur level stamina (fitness), dan dibandingkan hasilnya denyut jantung selama 15 detik x 4, kemudian VO2 dihitung pada setiap kategori laki – laki dan perempuan yang melakukan praktikum tadi.
No
Probandus
DJ0
DJ15’’
DJ1
DJ2
DJ3
Keterangan kondisi probandus
















Ket:     DJ0= denyut jantung keadaan istirahat                     
DJ15’’= denyut jantung pada detik ke-15     
DJ1= denyut jantung pada menit kesatu       
DJ2=denyut jantung pada menit kedua         
DJ3= denyut jantung pada menit ketiga
Dari tabel diatas, dibandingkan level denyut jantung pada menit pertama (DJI) setelah latihan bedasarkan pada tabel 1. Denyut jantung pada menit pertama setelah latihan (DJ1).
Kategori
Laki-laki
Perempuan
Sangat baik (excellent)
< 79
< 85
Baik (good)
79 – 89
85 – 98
Di atas rata-rata (above average)
90 – 99
99 - 108
Rata-rata (average)
100 - 105
109 - 117
Di bawah rata-rata (below average)
>106
>118
Kemudian diukur level stamina dengan menggunakan rumus berikut:
Level stamina = 30000 ÷(DJ1 + DJ2 + DJ3)
Level stamina yang didapat kemudian dibandingkan dengan tabel 2. Level stamina (aerobic fitness) pada laki – laki dan perempuan.

Sangat baik (excellent)
Di atas rata-rata (above average)
Rata-rata (average)
Di bawah rata-rata (below average)
Jelek (poor)
Laki-laki
>90
80 – 90
65 – 79
55 – 64
<55
Perempuan
>86
76 – 86
61 – 75
50 – 60
<50
Denyut jantung selama 15 menit detik x 4, kemudian dihuitung VO2 dengan menggunakan rumus:
Laki-laki: 111.33 – (0.42 x DJ/menit)
Perempuan = 65.81 – (0.1847 x DJ/menit)
Kemudian data yang didapat, dibandingkan dengan tabel 3. VO2 max

Superior
Sangat baik (excellent)
Baik (good)
Cukup (fair)
Jelek (poor)
Laki-laki
>55
5155
46 – 50
42 – 45
<42
Perempuan
>49
4449
4043
3639
<36
E. Hasil dan Pembahasan
I.                   Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit

Jenis Tikus
Jumlah Eritrosit (/)
Jumlah Leukosit (/)
Tikus A
4.270.000
4.075
Tikus B
4.780.000
5.300
Rata  - rata
4.525.000
4.687,5
                                 
Berdasarkan tabel data dan grafik pengamatan jumlah eritrosit tikus A adalah 4.270.000/ dan eritrosit pada tikus B adalah 4.780.000/. Sedangkan jumlah leukosit pada tikus A adalah 4.075/ dan tukus B adalah 5.300/. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah eritrosit pada tikus B lebih banyak daripada tikus A. Sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) jumlah eritrosit total pada tikus putih berkisar antara 7,2-9,6 juta/. Jika dibandingkan dengan literature, jumlah eritrosit tikus A dan B mengalami penurunan. Menurut Widyastuti (2013) penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh waktu edar eritrosit pada sirkulasi yang hanya sekitar 120 hari dan dimungkinkan usia eritrosit yang sudah tua dan mulai didestruksi di hati maupun limpa, dan produksi eritrosit baru belum sempurna sehingga jumlah eritrosit pada sirkulasi menurun. Menurut Preet and Prakash (2011), jumlah eritrosit total juga memiliki korelasi dengan persentase hemoglobin yang terukur. Jadi penurunan jumlah eritrosit yang digunakan praktikan terjadi karena dimungkinkan sedang terjadinya waktu edar eritrosit. Sehingga pada saat tikus tersebut digunakan oleh praktikan, jumlah eritrositnya menurun.
Sedangkan jumlah leukosit pada tikus A adalah 4.075/ dan tikus B adalah 5.300/. jumlah leukosit tersebut hampir mendekati dengan literature yaitu menurut Smith dan Mangkoewidjojo ( 1988) berkisar 5,0-13,0 x 1000/. Berdasarkan literature tersebut jumlah leukosit pada tikus B sudah mencukupi sedangkan tikus A masih kurang. Berkurangnya jumlah leukosit pada tikus B terjadi karena adanya beberapa faktor. Menurut Dharma dkk. (2010), pada usia yang lebih tua kemampuan tubuh untuk memproduksi leukosit lebih rendah daripada usia yang lebih muda, karena sistem imun tubuh yang melibatkan leukosit lebih baik perkembangannya saat usia muda. Selain itu faktor lainnya berhubungan dengan fungsinya leukosit yaitu berperan dalam respon sistem imun. Apabila terdapat benda asaing yang masuk kedalam tubuh maka produksi leukosit akan meningkat.
Berdasarkan data diatas jumlah eritrosit dan leukosit tikus A lebih rendah dibandingkan tikus B. Hal ini mungkin terjadi sebagaimana yang dikemukakan Dharma dkk (2010) bahwa adanya kemungkinan tingkat umur tikus A lebih tua dibandingkan tikus B. Hal ini terjadi karena menurunya produksi sel -  sel pada tubuh.
II.                Kerja Jnatung
Tabel aerobic fitnes, VO2 max Perempuan jarang olahraga
No.
Probandus
DJ0
DJ15
DJ1
DJ2
DJ3
Level DJ
L. Stamina
VO2
1.
Nabila
80
27
91
176
251
Baik
Bwh Rata2
Sgt Baik
2.
Erica
86
27
59
111
170
Sgt Baik
Sgt Baik
Sgt Baik
3.
Ema
85
27
95
179
289
Baik
Bwh Rata2
Sgt Baik
4.
Heni
80
32
107
182
294
Ats Rata2
Bwh Rata2
Baik
5.
Lukluk
65
19
73
109
164
Sgt Baik
Sgt Baik
Superior
6.
Eliana
84
30
109
180
251
Rata2
Sgt Baik
Baik
7.
Maya
93
38
139
247
316
Bwh Rata2
Jelek
Cukup
8.
Nida
103
27
87
143
177
Baik
Sgt Baik
Sgt Baik
Rata - rata
84,5
28,4
95
165, 8
239
Baik
Sgt baik
Sangat baik

Tabel aerobic fitnes, VO2 max Laki-laki jarang olahraga
No.
Probandus
DJ0
DJ15
DJ1
DJ2
DJ3
Level DJ
L. Stamina
VO2
1.
Bayu
116
34
131
259
278
Bwh Rata2
Pour
Sgt Baik
2.
Ulin
83
33
126
220
268
Bwh Rata2
Pour
Superior
3.
Arif
96
33
117
220
345
Bwh Rata2
Pour
Superior
Rata - rata
98,3
33,3
124,6
233
297
Bwh Rata2
Pour
Superior

Tabel aerobic fitnes, VO2 max Perempuan sering olahraga
No.
Probandus
DJ0
DJ15
DJ1
DJ2
DJ3
Level DJ
L. Stamina
VO2
1.
Meri
78
30
125
164
232
Bwh Rata2
Bwh Rata2
Sgt Baik
2.
Iroh
71
30
113
207
288
Rata2
Jelek
Sgt Baik
3.
Ulfa
58
30
85
156
208
Baik
Rata2
Sgt Baik
4.
Cicik
60
27
57
85
178
Excellent
Excellent
Excellent
5.
Itsna
68
23
67
99
158
Excellent
Excellent
Excellent
6.
Ila
91
22
178
242
290
Bwh Rata2
Poor
Superior
Rata - rata
71
27
104,2
158,8
225,6
Excellent
Excellent
Sangat baik
Tabel aerobc fitnes, VO2 max Laki-laki sering olahraga
No.
Probandus
DJ0
DJ15
DJ1
DJ2
DJ3
Level DJ
L. Stamina
VO2
1.
Didik
87
27
120
206
292
Bwh Rata2
Pour
Superior
2.
Fathin
85
22
98
169
285
Bwh Rata2
Pour
Superior
3.
Eno
58
27
95
159
201
Ats Rata2
Rata2
Superior
Rata - rata
76,6
25,3
104,3
178
259,3
Bwh Rata2
Pour
Superior


Dari rata – rata diatas dapat diketahui bahwa semakin lama aktivitas maka denyut nadi akan semakin cepat, berdasarkan teori, hal ini dikarenakan aliran darah yang terpompa dengan cepat seiring lama dan cepatnya aktivitas yang dilakukan.
            Teori yang berlaku menyebutkan bahwa semakin cepat aktivitas maka energi yang dibutuhkan semakin banyak sehingga membutuhkan oksigen dalam jumlah yang banyak pula untuk membentuk ATP dalam tubuh. Seiring dengan banyaknya oksigen yang dibutuhkan maka penyebarannya dalam tubuh juga dibutuhkan waktu yang cepat, sehingga aliran darah juga semakin cepat di dalam tubuh. Hal tersebut secara otomatis membuat denyut nadi semakin cepat (Martini, dkk., 2001).
            Dari pemaparan diatas aktivitas benar – benar berpengaruh terhadap denyut nadi karena suplai oksigen yang dibutuhkan tubuh. Selain hal tersebut ternyata masih ada hal – hal lain yang mempengaruhi kecepatan denyut nadi yaitu hormon, usia, kondisi tubuh, obat yang dikonsumsi dan sebagainya.
Hubungan antara jenis kelamin dengan denyut nadi
Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik (Martini, dkk., 2001). Dari rata – rata di atas, dapat dikatakan bahwa denyut laki – laki lebih cepat dibandingkan perempuan untuk skala aktivitas yang sama. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Martini (2001) bahwa kecepatan denyut nadi juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.  Selain itu Martini (2001) juga mengatakan bahwa wanita memiliki denyut nadi yang lebih lambat karena wanita setiap bulannya mengalami siklus menstruasi sehingga tekanan darah biasanya menurun pada kondisi ini. Hal tersebut berkenaan dengan hormon yang juga mempengaruhi aliran darah pada perempuan baik setelah menstruasi ataupun akan menstruasi. Sehingga dapat diketahui bahwa kondisi fisiologi wanita lebih tidak stabil daripada laki – laki (Ganong, 1992).
Nilai VO2 max
Menurut Ganong (1992) yang dimaksud dengan VO2 maksimum adalah derajat metabolisme aerob maksimum dalam aktivitas fisik dinamis yang dapat dicapai seseorang. Dari data yang didapat wanita yang sering olahraga dan jarang olahraga memiliki VO2 max. yang sangat baik. Sedangkan pada laki – laki yang sering olahraga memiliki VO2 max .superior, dan laki – laki yang jarang olahraga memiliki VO2 max. sangat baik. Berdasarkan data tersebut untuk wanita tidak ada perbedaan VO2 max antara yang olah raga dengan jarang olahraga. Dan laki – laki sering olahraga memiliki VO2 max yang lebih baik daripada laki – laki jarang olahraga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ganong ( 1992) bahwa individu yang terlatih dengan VO2 max lebih tinggi akan cenderung dapat melaksanakan lebih baik daya aktivitasnya dibandingkan dengan orang yang memiliki VO2 max rendah. Selain itu Ganong (1992) juga mengatakan bahwa orang – orang yang memiliki daya tahan yang tinggi karena olahraga, ternyata paru – paru mereka mempunyai kesanggupan untuk menampung 1,5 lebih banyak udara daripada orang biasa. Mereka yang memiliki VO2 max yang lebih tinggi dapat melakukan aktivitas lebih banyak. Karena banyaknya kadar O2 dalam paru – paru sehingga lebih lama untuk digunakan dalam beraktivitas.
F. Kesimpulan
1. Jumlah eritrosit dan leukosit jantan lebih banyak daripada jumlah eritrosit betina.
2. Jumlah eritrosit dan leukosit berbeda – beda, tergantung jenis kelamin, usia dan ketinggian tempat tinggal seseorang.
3. Aktivitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan pemulihan denyut jantung. Aktivitas fisik mempengaruhi denyut jantung seseorang. Pada laki – laki dan perempuan yang sering berolahraga memiliki tingkat VO2 yang baik.
4. Nilai VO2 max pada laki – laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, karena laki – laki cenderung memiliki stamina yang baik daripada perempuan.
G. Daftar Pustaka


Benson, JH. 1999. Anatomy and Physiology Laboratory. New York: Mc Graw Hill
Carlsson HE. 2008. The Use of Laboratory Animals in Biomedical Studies. FELASA Category C-Like Course. Bogor: Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (PSSP-IPB). Color Atlas of Comparative Diagnostic & Experimental Hematology. Barcelona: Wolfe Publishing/Mosby-Year Bok Europe Ltd. pp 9-15.
Dharma, R., Immanuel, S. dan Wirawan, R. 2010.Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi
Evelyn, C. Pearce. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Fitria L. 2009. Profil Reproduksi Tikus (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769). Yogyakarta: UGM Press
Ganong, W. F. 1992. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology). Jakarta: EGC
Guyton, A.C. 1993. Human Physiology and Mechanism of Desease. Philadelphia: W.B. Saunders Company
Hall. New Jersey: 110-112.
Irianto, K. 2012. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta
JG, and Jain NC. (eds). Schalm’s Veterinary Hematology. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Co.
Juvenil, Pradewasa, dan Dewasa. Laporan Penelitian Hibah Dosen Muda. Yogyakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM-UGM).
Martini, E. H. and Weltch, K. (2001) Fundamentals of Anatomy and Physiology 5th ed. Prentice
Moore DM. 1986. Hematology of the Rats (Rattus norvegicus). In: Feldman BF, Zinkl
Preet, S. and Prakash, S. 2011. Haematological profile in Rattus norvegicus during experimental cysticercosis. J. Par. Dis. 35: 144 - 147.
Rutin. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/ files/10/Penilaian Hasil Pemeriksaan.pdf/10PenilaianHasil Pemeriksaan. pdf. Diakses Pada 11 November 2016 Pukul 13.45 WIB.
Smith CA, Andrews CM, Collard JK, Hall DE, Walker AK. 1994. Rats and Mouse. In:
Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Tikus Laboratorium (Rattus norvegicus). Dalam: Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). hal 37-57.
Widyastuti, Dyah Ayu. 2013. Profil Darah Tikus Putih Wistar pada Kondisi Subkronis Pemberian Natrium Nitrit. Jurnal Sain Veteriner. Yogyakarta: UGM Vol. 31, No. 2





Comments

Popular posts from this blog

Favites sp: Deskripsi, Habitat dan Peranan

Ophiotrix sp: Deskripsi, Klasifikasi, Habitat dan Peranan

Euspongia sp:Deskripsi, Klasifikasi, Habitat dan Peranan